Wibisono mengayuh sepeda yang dinaikinya dengan santai memasuki kompleks parkir Universitas Nusa Dan Bangsa (UNDB). Ia pun segera memarkir sepedanya dan berjalan menuju ke gedung utama kampus itu. Hatinya sedikit berdebar-debar karena ini adalah hari pertama ia resmi menjadi seorang mahasiswa. Ya, setahun telah berlalu sejak teman-teman SMA nya berkunjung ke rumahnya. Wibisono sendiri seakan tak percaya betapa cepat waktu berlalu. Baru bulan lalu ia merayakan gelar juara sepakbola SMA Sukolilo untuk pertama kalinya, dan hari ini ia sudah menjadi seorang mahasiswa.
"Bi! Kamu masuk sini juga?" sapa seseorang dari belakang sambil menepuk pundak Wibisono. Sontak Wibisono terkejut dan menoleh ke arah sumber suara tersebut. "Cakra? Kamu masuk sini juga toh?" tanya Wibisono. "Hehehe.. Iya Bi. Gimana? Siap untuk bermain sepak bola lagi di kampus ini dan menjadi superstar lagi?" canda Cakra. "Ah.. bisa aja kamu, Kra. Aku belum tentu juga diterima di tim sepakbola kampus ini," elak Wibisono. "Ah, ga mungkin Bi. Striker haus gol kayak kamu ga mungkin ga diterima," sahut Cakra.
"Tahun kemarin ini aja kamu berhasil bikin 21 gol dari 18 pertandingan kita. Aku senang karena akhirnya Pak Wisnu menyadari potensimu dan memasangmu di semua pertandingan kita," lanjut Cakra sambil tertawa. "Ah.. bisa saja kamu Kra. Sudah sudah, ayo kita segera bersiap-siap. Aku ada kuliah jam 9.30 nih," kata Wibisono sambil bergegas menuju lokernya untuk memasukkan tasnya. Cakra pun mengikuti Wibisono dan membuka lokernya yang berada tak jauh dari loker Wibisono.
Wibisono membuka lokernya dan ia tertegun melihat secarik kertas yang ditempelkan di balik pintu lokernya. "Hah? Kertas apa ini?" gumamnya. Cakra yang mendengar gumaman itu menoleh ke arah Wibisono dan menghampirinya. "AKU TAHU RAHASIAMU, WIBISONO." Tulisan itu tertera di kertas yang ditempelkan itu. "Wah Bi, siapa yang menempelkan kertas ini?" tanya Cakra. Wibisono hanya menggeleng dan tak mengatakan sepatah katapun. Ia mencabut kertas itu, memasukkannya ke dalam tasnya, mengambil buku tulis dan bolpoin, kemudian memasukkan tas itu ke dalam loker. "Ayo Kra, kita harus bergegas. Sudah hampir terlambat ini," katanya sambil bergegas meninggalkan tempat itu.
*** Sore harinya... ***
"Priiit!" Peluit dibunyikan oleh Pak Made. Beberapa pemuda yang mengenakan kaus sepakbola bergegas melangkah mendekati Pak Made. "Selamat sore semuanya! Hari ini adalah hari pertama perkuliahan yang juga berarti hari pertama kegiatan klub sepakbola kampus dimulai. Kalian semua sudah tahu bahwa latihan dimulai sejak awal semester untuk menganalisa dan menjaga tingkat kebugaran kalian. Hari ini, seperti yang kita sama-sama ketahui, juga adalah hari di mana ada orang-orang baru yang masuk ke klub ini. Kebanyakan dari mereka adalah para mahasiswa baru. Ada juga satu dua yang merupakan mahasiswa transfer. Silakan maju, para calon anggota klub," papar Pak Made seraya mempersilakan beberapa calon pemain, termasuk Wibisono, untuk maju.
"Menurut pemandu bakat saya, tahun ini kita kedatangan pemain-pemain yang berkualitas, baik itu mahasiswa baru maupun mahasiswa transfer," lanjut Pak Made. Beliau mulai memperkenalkan satu persatu para calon pemain itu. Ia memulai dari Gatot, mahasiswa transfer yang berposisi sebagai penyerang sayap kanan. Beberapa kali memperkuat kampusnya di kompetisi resmi dalam dua tahun terakhir. Namanya beberapa kali dimuat di surat kabar karena keahliannya dalam bermain bola. Ada juga Cakra, teman Wibisono, yang berposisi sebagai gelandang serang. Namanya sering disebut-sebut oleh para pemandu bakat di beberapa universitas.
Beliau kemudian memperkenalkan Wayan, Sutrisno, dan Wibisono. Tiga pemain ini berposisi sama, yaitu sebagai striker. Wayan, bertubuh tinggi dan tegap, memiliki strength dan heading yang bagus. Sutrisno, penyerang dengan kecepatan yang mematikan. Seringkali berupaya mematahkan perangkap offside, dan tingkat keberhasilannya cukup tinggi. Dan Wibisono, pencetak gol terbanyak kompetisi resmi antar SMU setahun sebelumnya. Kemudian ada lagi Dedi dan Iskandar, dua pemain belakang yang sering memperkuat timnya semasa SMU. Dan yang terakhir adalah Yulius, seorang kiper yang merupakan mahasiswa transfer. Dijuluki Yuffon di kampus lamanya karena kemampuannya yang di atas rata-rata dalam mengawal gawangnya sehingga sering disamakan dengan Buffon.
"Itulah calon pemain baru yang akan masuk klub kita. Tentunya mereka harus menjalani serangkaian seleksi sebelum saya bisa menentukan apakah mereka diterima atau tidak. Wayan akan beradu kemampuan dengan Sudarsono untuk menentukan siapa pemain inti. Kalian berdua memiliki strength dan heading yang bagus. Buat yang belum tahu, strength bisa diartikan kekuatan fisik yang diperlukan di posisinya. Artinya, strength untuk kiper tentu berbeda dengan strength untuk penyerang. Kiper perlu selalu melatih lengan, telapak tangan, tubuh, dan kakinya untuk mempunyai strength yang bagus. Sementara penyerang perlu melatih kekuatan tubuh untuk duel fisik dan juga kekuatan otot kaki untuk berlari dan melewati lawan," kata Pak Made menjelaskan.
"Heading adalah kemampuan mengarahkan bola melalui sundulan kepala. Seseorang bisa saja tidak memiliki lompatan yang bagus, tetapi sering mencetak gol dengan kepala karena headingnya bagus. Orang-orang seperti ini sangat cocok untuk duel-duel udara dan umpan-umpan lambung. Sudarsono, kamu pemain lama di klub ini. Tetapi kalau kamu kalah bagus dari Wayan, kamu tentu mengerti bahwa kamu yang akan menjadi cadangan, bukan?" tanya Pak Made. Sudarsono menjawab dengan sigap, "Siap, pak! Saya akan berusaha melakukan yang terbaik!"
"Sementara Sutrisno, akan beradu kemampuan dengan Didik. Keduanya memiliki kemampuan yang bagus dalam hal kecepatan dan mengalahkan perangkap offside. Semua sudah tahu tentang offside, kan? Seorang pemain dikatakan offside apabila dia menerima bola ketika posisinya lebih dekat dengan gawang lawan daripada bola itu sendiri dan juga pemain belakang lawan yang paling dekat dengan garis gawang lawan. Biasanya pemain belakang menggunakan taktik berdiri sejajar untuk menerapkan perangkap offside ini," lanjut Pak Made.
"Pemain-pemain lainnya akan saya nilai berdasarkan kriteria-kriteria yang akan diberikan oleh pelatih fisik dan pelatih fitness kita, Pak Andi dan Pak Bagus. Wibisono, saya perlu bicara denganmu," kata Pak Made sambil berjalan ke pinggir lapangan. Wibisono mengikuti Pak Made dengan bertanya-tanya. Sesampainya di pinggir lapangan, Pak Made segera membuka pembicaraan. "Saya tahu kamu adalah pemain sepakbola yang berprestasi dan saya tahu mengenai semua sepak terjangmu di SMU," kata Pak Made.
"Minggu lalu Pak Wisnu, pelatihmu di SMU, menelepon saya. Dia menjelaskan semua hal tentangmu dan Cakra. Saya sudah tahu kelebihan dan kelemahan kalian masing-masing. Saya juga sudah tahu bagaimana kamu sangat jelek di latihan, tetapi tampil luar biasa di tiap-tiap pertandingan. Saya juga tahu kalau kamu mendapat gelar pemain terbaik di kompetisi SMU tahun kemarin ini. Tetapi..." Pak Made berhenti sejenak dan menghela nafas. Ia pun melanjutkan, "... saya tidak menyangka kalau kamu cukup terkenal juga di luar lingkungan sekolahmu."
Wibisono menatap Pak Made dengan tatapan bingung. Ia sama sekali tidak mengerti apa yang dimaksud calon pelatihnya itu. "Tadi pagi seseorang yang sangat terkenal di kalangan pencinta sepakbola menelepon saya dan menanyakan kebenaran bahwa kamu masuk ke kampus ini. Tidak itu saja, barusan ketika kita akan berlatih, saya menemukan kertas ini di meja saya," lanjut Pak Made sembari mengulurkan selembar kertas ke arah Wibisono. Wibisono segera menerima kertas itu dan membacanya. Ia membelalakkan mata karena terkejut ketika membaca tulisan di kertas itu.
Apakah tulisan di kertas itu? Simak kelanjutannya di sini... :)