MENGANALISIS PENGGUNAAN MOTS PENJAWI PATYMengutip komentar Bro Rangga di link
http://www.gokickoff.com/team_match_detail.php?match_id=6724045Rangga Lakaba : Pagi2 Buta dah dapat MOTS
Sepertinya kata-kata yang sama dapat diberikan di matchday 4 Top Level (TL) Indonesia musim 11 antara Penjawi Paty vs Chelsea Indonesia di link:
http://www.gokickoff.com/team_match_detail.php?match_id=7675941Sebagai salah satu pengamat GKO nasional saya mencoba menganalisis mengapa Bro Okta menggunakan MotSnya di saat kompetisi musim 11 baru akan memasuki 15% total pertandingan liga.
Kelihatannya kekalahan mencolok 1-7 dari Sriwijaya FC menjadi pemicunya. Memang kekalahan mencolok akan menyebabkan moral dan rating para pemain di tim yang kalah menjadi turun secara drastis, namun fondasi tersebut sepertinya masih terlalu dangkal untuk membuat seorang manajer memutuskan menggunakan MotSnya. Berdasarkan pengalaman pribadi, bahkan saat moral seorang pemain drop pada kondisi poor sekalipun, jika ia digunakan di pertandingan berikutnya dengan menggunakan taktik dan formasi yang berbeda dan pas dengan karakter dan skillnya maka kemampuannya bisa berbalik naik, dan moralnya menjadi minimal okay dengan sendirinya.
Tanpa bermaksud menyalahkan keputusan Bro Okta, saya hanya ingin berbagi pendapat dan pengalaman bahwa untuk tetap bisa bertahan di TL Indonesia penggunaan MotS pada waktu yang tepat mutlak diperlukan.
Sebagai manajer yang bijak faktor-faktor non teknis seperti pengelolaan emosi diri, daya pengamatan, dan instuisi yang tajam perlu terus dikembangkan untuk melengkapi faktor bakat dan kesanggupan intelektual yang mungkin sudah melekat sejak lahir.
Berikut contoh-contoh perencanaan penggunaan MotS berdasarkan tujuan.
1. Jika tujuan yang ingin dicapai seorang manajer adalah mencoba peruntungannya untuk menjuarai Cup tentu bijak jika dia menyimpan MotSnya sampai babak semi final.
Sebaliknya
2. jika tujuannya seorang manajer adalah tetap bertahan di Top Level (TL) tentu dia akan terus mengamati tim mana yang stabil berada di posisi 10 dan 9 yang merupakan batas aman terakhir untuk menghindari degradasi. Tim itulah yang hendaknya ia bidik menjadi sasaran MotSnya, dan umumnya itu baru akan terlihat ketika kompetisi memasuki putaran kedua
Namun itu sekadar contoh. Pada akhirnya terlepas dari semuanya itu, saya hanyalah seorang Fradel yang jauh dari kesempurnaan, sekali lagi itu hanya sekadar berbagi pendapat, silakan dilengkapi oleh manajer lain. Buat Bro Okta khususnya saya acungi jempol untuk keberaniannya membuat 1 keputusan penting dan kesiapannya untuk menerima resiko sebagai dampak keputusan tersebut.
Buat Bro Fach, ini menjadi pengalaman berharga untuk menempa mental dan melatih kesabaran, dan saya lihat Bro Fach sudah mengungkapkan hal ini di Chat Feed dengan mengatakan “aku ra popo” (bahasa Jawa Tengah/Timur yang artinya aku tidak apa-apa)
Salam sukacita dan komera! untuk semua