TANTANGAN BERAT BAGI TIMNAS INDONESIASeraya musim kompetisi GKO berganti, terlihat prestasi timnas Indonesia menunjukkan grafik menurun. Barometer termudah dapat diketahui dari peringkat yang berubah dari 1 digit menjadi 2 digit. Mengapa? pertanyaan itu akan langsung terpikir bahkan terucap dari setiap pengamat yang memiliki rasa "curious" yang tinggi kepada perkembangan timnas Indonesia. Saya coba melihat lebih detil faktor-faktor yang bisa menjadi penyebab hal ini.
1. Kualitas pemainJika dibandingkan dengan negara-negara di Eropa Timur dan Amerika Selatan (Argentina khususnya) bahkan di Asia seperti Thailand dan China, jelas mau tidak mau kita harus akui bakat atau talenta pemain-pemain Indonesia berada 1 atau 2 strip di bawah mereka. Hal ini disebabkan karena akademi kualitas good ke atas lebih banyak dimiliki oleh klub-klub di negara-negara tersebut, sebaliknya Indonesia masih didominasi oleh akademi-akademi kualitas okay ke bawah. Hal tersebut tentu memperkecil peluang bagi munculnya pemain-pemain Indonesia berkualitas bagus.
Solusi: para manajer Indonesia dapat membuat perencanaan berjenjang untuk membangun akademi setidaknya sampai level good. Jika 50% saja dari sekitar 700 lebih klub di Indonesia memiliki akademi level good ke atas maka peluang munculnya pemain-pemain berkualitas (CA/LA/PR yang tinggi) akan lebih besar.
2. Kualitas Fasilitas latihan dan kebugaranPeningkatan Current Abiltiy (kemampuan skill terkini) yang dimiliki tiap pemain akan lebih cepat meningkat bila didukung dengan sarana latihan dan kebugaran yang mumpuni, setidaknya level good sehingga specific skill (keterampilan khusus) pemain-pemain berbakat bisa meningkat secara signifikan tanpa mengalami pengurangan nilai (penalty) sebagaimana diuraikan dalam game manual. Sayangnya berdasarkan pengamatan sekilas kualitas tempat latihan dan kebugaran klub-klub di Indonesia rata-rata masih banyak berada di level bad ke bawah. Maka cobalah jadikan ini proyek untuk dikembangkan sehingga pemain-pemain berbakat yang sudah muncul bisa cepat meningkat kemampuannya dan cepat layak tanding menjelang turnamen piala dunia baik u-21 maupun senior.
3. Godaan membeli free playerFree player memang menarik bagi kebanyakan manajer (tidak terkecuali saya) namun milikilah rencana yang masuk akal untuk membelinya. Bidiklah hanya 1 atau 2 free player yang memang benar-benar dibutuhkan tim dan jangan tergoda membeli free player hanya karena iseng atau coba-coba padahal pemain yang ada masih layak pakai. Mengapa? Karena hal ini akan merusak rencana pembangunan fasilitas. Bisa jadi di akhir musim seorang manajer memiliki rencana membangun fasilitas klub, namun seraya waktu berjalan melihat pemain free player yang menggiurkan dan tergoda untuk membelinya, akibatnya rencana semula harus tertunda lagi. Padahal andaikan saja perencanaan itu berhasil dilakukan tepat pada waktunya, kita bisa melihat peningkatan yang lebih baik dari pemain-pemain muda Indonesia yang dihasilkan dari akademi good, very good, bahkan the best yang dilatih di pusat-pusat latihan dan kebugaran yang juga berada di level good ke atas.
Itu semua sekadar hasil pengamatan yang masih banyak kurang daripada lebihnya. Maka silakan teman-teman manajer lainnya melengkapi dan menanggapi hal ini. Pada akhirnya kita semua sebagai pribadi yang diberi karunia “kehendak bebas” untuk memutuskan berhak mengambil keputusan manapun dengan segala konsekuensinya. Sekian dulu celoteh dari seorang Fradel. Akhir kata salam sukacita dan komera bagi semua.