CATATAN SANG MANAJER (BAGIAN 9)Tema : Tidak Mengucapkan Kata-Kata Kasar Hanya Karena Timmu KalahPada suatu Sabtu, kala arlojiku menunjukkan pukul 12.05 WIB, di rumahku sedang berkunjung Rainer keponakanku yang berumur 12 tahun. Ia sedang asik di ruang tamu memandangi monitor ipadnya mengikuti jalannya pertandingan GKO Liga B Indonesia.
“Hei asyik bener sih, sampai Om datang dicuekin,” ujarku memecah keheningan.
“Ooh Om Fradel, iya maaf Om, maaf maaf,” jawabnya sambil berlari ke arahku untuk memegang tangan kananku dan menciumnya sebagai tanda hormat.
Aku tersenyum seraya tangan kiriku mengoyak rambut lurusnya, “lagi tanding ya timmu?
“Iya Om, lagi tegang ni om kalau sampai kalah ga bisa promosi ke TL ni om,” sahutnya
“Sudahlah tidak perlu dilihat terus menerus begitu ipadnya, capek nanti matanya, mending ikut om dulu yukz makan di Ayam Goreng Suharti,” Ajakku.
“Aaaah payaah,” jawabnya dengan ekspresi kecewa
“Loh bukannya kamu suka sekali makan di Ayam Goreng Suharti?” tanyaku
“Ooh bukan itu om yang payah, ini ni om strikerku payah banget, tinggal berhadapan dengan kiper lawan, eh bolanya ditangkap kiper padahal nilai skill finishing FCku ini 20 om”lanjutnya dengan nada kesal.
Aku menggeleng-gelengkan kepalaku, dalam hatiku,”ya ampun anak ini, aku tanya apa, jawabannya apa, bener-bener nggak nyambung gara-gara asyik masyuk dengan game GKO.
“Ok kalau nggak mau ikut nggak papa, jangan nyesel ya” godaku sambil tersenyum
Ia tak menjawab, matanya tetap tak berkedip terus memandangi ipadnya dengan tangan terkepal menyemangati dan berharap timnya mencetak gol.
Aku bergegas ke kamar untuk meletakkan tas dinasku dan berganti pakaian.
Tak lama kemudian terdengar teriakan Rainer “aaah si** !!(sensor seruan kata kasar).lalu Sekitar 10 menit kemudian ketika aku menuruni tangga untuk bersiap-siap pergi terdengar lagi “Aduuh bobol lagi, kiperku “To***” pekiknya.
“Wah wah wah, ada yang emosi ni.” Kataku mencoba melembutkannya.
“Timku udah ketinggalan 0-2 ni om, dia pasti pake MotS, pasti dah nggak salah lagi,”jawabnya dengan wajah berang.
Tanpa menjawabnya, aku langsung menyambar ipadnya yang masih terus ia pandangi dengan wajah kesal. Aku khawatir pada puncak amarahnya ia bisa membanting ipad Samsungnya yang merupakan hadiah papanya karena nilai-nilainya bagus di akhir semester lalu.
“Omm kembalikan ipadku, aku masih mau nonton” serunya sambil berupaya merebut ipadnya kembali. “Nggak, kalau kamu masih gunakan kata-kata kasar seperti itu om khawatir ga lama lagi kamu banting ipad ini gara-gara timmu kalah,”jawabku tegas.
“Nggak lah om,nggak mungkin, janji aku ga gunakan kata kasar lagi,” katanya memelas memohon agar ipadnya dikembalikan.
“Ok, om akan kembalikan, tapi coba ambil Alkitab dan baca dulu ayat yang om sebutkan,”pintaku menetapkan syarat.
“Iya om,” ucapnya seraya melangkah ke lemari kaca berisi buku di ruang tamu dan mengambil Alkitab.
Aku :“Sekarang Om Tanya sama kamu, apa motif kamu bermain game GKO ini”
Rainer :“Just for fun om”
Aku “Sekarang kalau kamu berteriak dengan kata-kata kasar seperti itu, apanya yang
fun?
Rainer :“Maaf om keceplosan”
Aku :“Nggak, kamu nggak keceplosan, itu kebiasaan buruk yang harus kamu kikis sejak
muda, sebab kalau tidak itu akan terbawa sampai kamu dewasa bahkan tua nanti”
Rainer “Iya Om, maafin Rainer Om”
Sebenarnya aku terkesan juga dengan cara ia menjawab pertanyaan-pertanyaanku barusan. Dia anak yang mudah mengungkapkan diri dan sudah mengerti caranya bertutur kata yang santun sewaktu berbicara dengan orang dewasa. Hanya saja memang pergaulan buruk yang mungkin ia dapat di sekolah dengan teman-teman sebayanya membuatnya sering mengatakan kata-kata kasar. Ini yang harus terus menerus dan tak pernah bosan seharusnya diperhatikan oleh orang tuanya yang super sibuk bekerja sekuler.
Aku : “Rainer, masih ingat waktu kita main kartu domino sama Justin dan Leo sepupu
kamu sekitar 2 bulan yang lalu”
Rainer : "Ingat Om, memangnya kenapa?"
Aku : Kamu ingat juga siapa yang sering ngocok kartu dan wajahnya berkali-kali
diusapkan tepung terigu”
Spontan Rainer tertawa,”hahahaha…hahahahaha, Om Fradel kalah mulu waktu itu, wajahnya cemong tepung, (serta merta dia merogoh hape di kantong bajunya)ni di hapeku ada fotonya om Fradel yang wajahnya dicoretin tepung, hahahahahaha…”
Suasana serius jadi buyar karena tawa Rainer dan akupun jadi tertawa terbahak-bahak juga saat memandang wajahku di hape Rainer yang penuh dengan tepung sebagai tanda aku kalah terus dalam permainan kartu domino saat itu.
Aku :“Nah, sekarang jujur, kamu ingat- ingat lagi, waktu itu Om marah-marah dan
mengeluarkan kata-kata kasar nggak?
Rainer :“Hmmm nggak sih Om,…Om malah ikut tertawa bareng sama kami waktu itu”
Aku :”Tahu nggak kenapa om nggak marah atau bahkan mengeluarkan kata-kata kasar
waktu itu?
Rainer : Yaa, karena kita main just for fun.
Aku : “Betul, dan lebih penting lagi, Om tidak menganggap kalian bertiga sebagai musuh
Om, tapi sebagai…sebagai apa?”
Rainer : “Ya sebagai keponakan Om lah”
Aku : “Pintar” (tiba-tiba terdengar suara gemuruh dari ipad Rainer sebagai penanda
terjadinya gol yang merupakan bagian dari fasilitas pengguna akun premium)
Rainer : “Yaah kebobolan lagi tuh om”
Aku : “Sudah biarkan saja”
Rainer :”Ini Alkitabnya gimana Om?”
Aku :”O iya coba kamu baca Efesus 4 ayat 31 dan 32a
Rainer :” Biarlah semua kebencian dan kemarahan dan murka dan teriakan serta cacian
disingkirkan darimu, beserta semua keburukan, Tetapi hendaklah kamu baik hati
seorang kepada yang lain, memiliki keibaan hati yang lembut…”
Aku :”Makasih Rainer, jadi apa kesimpulanmu setelah membaca ayat-ayat itu?
Rainer :”ya Om, aku salah” (kembali terdengar suara gemuruh dari ipad Rainer sebagai
pesan terjadinya gol, tetapi kali ini dia tidak bergeming), aku nggak seharusnya
mengeluarkan kata-kata kasar hanya karena timku kalah”
Aku :”Baik, jadi coba kamu terapkan pesan itu ya”
Rainer :”Iya Om”
Aku : “Ok, ini ipadnya om kembalikan, tapi ingat, jangan keluar kata-kata kasar lagi kalau timmu kalah”
”Iya Om, aku janji…(tiba-tiba Rainer berteriak lagi ) Hooreeeee, 2-2 Om, timku bisa mengejar ketertinggalan, rupanya tadi 2 gol dari timku, aduh makasi om untuk nasihatnya, makasih” katanya berseri-seri sambil memegang tangan kananku dan menciuminya berulang-ulang.
Aku : “Iya, sudah-sudah, this is just game, ok bagaimana mau ikut makan di ayam Suharti nggak?
Rainer :”Ikut-ikut-ikuuut!!!
Note: Cerita ini bersifat fiktif belaka, hanya rekaan dan imajinasi sang penulis dengan tujuan menghibur atau mengajak merenung para gko mania pada hal-hal seputar GKO, sepak bola dan hal-hal positif lainnya. Semoga terhibur