Saya beberapa kali membaca thread yang dibuat bro Asgi ini, dan saya jadi penasaran, sebenarnya apa arti kata kutukan itu. Akhirnya saya coba mengacu pada salah satu bahasa tertua di dunia yakni Bahasa Ibrani. Kata yang diterjemahkan “kutukan” berasal dari kata Ibrani ʼa•rar′ dan kata benda yang terkait, meʼe•rah′ yang bila diterjemahkan ke Bahasa Indonesia menjadi suatu pernyataan yang khidmat atau ramalan tentang suatu malapetaka dan, apabila diucapkan oleh Allah/Tuhan atau oleh seseorang yang berwenang, memiliki makna nubuat (ramalan yang pasti terwujud) dan kuasa.
Nah jika dihubungkan dengan pengertian Kutukan Sang Manajer dalam tulisan Bro. Asgi, maka ada satu komponen yang perlu dipenuhi sehingga makna itu benar-benar tepat yakni seseorang yang memiliki kuasa yang mengucapkan kutukan itu. Siapa? Saya lihat tidak ada. Bro Asgi pun dalam hal ini adalah pengamat yang memberi kesimpulan akan rangkaian kejadian beruntun yang berpola mirip, dimulai oleh Bro.Tengku Asuka, Bro.M4LD, Bro. Fachrudin, Bro Harvie, Bro. Angel, Bro.Kerry, dan Bro.Josh yang sementara ini mengalami penurunan prestasi Klub saat menangani tim nasional. Satu-satunya manajer yang lolos dari pola tersebut adalah Bro.Violent Wave. (mohon dikoreksi jika pernyataan saya ini keliru karena kurangnya data atau informasi)
Nah bagaimana sampai kata kutukan masuk dalam urusan olah raga atau game? Rupanya ini kreativitas para jurnalis olahraga yang rajin membaca referensi sejarah suatu klub atau atlet tertentu yang belum berhasil mencapai prestasi maksimal.
Contoh:
1. “Kutukan Roland Garros (nama lapangan tempat berlangsungnya turnamen tenis grandslam Prancis Terbuka)” diberlakukan pada petenis-petenis seperti Boris Becker atau Stefan Edberg yang pernah menjadi petenis nomor 1 dunia dan sudah berhasil menjuarai 3 turnamen grandslam bergengsi (Australia Terbuka, Wimbledon, dan Amerika Terbuka) namun belum pernah berhasil 1 kalipun menjuarai Turnamen Tenis Prancis Terbuka bahkan hingga mereka pensiun dari dunia tenis.
2. “Kutukan Juara Tanpa Mahkota” diberikan pada tim nasional Belanda yang sudah berhasil mencapai final Piala Dunia Sepak Bola sebanyak 3 kali (1974, 1978, dan 2010) namun selalu gagal memenangkan Piala Dunia tersebut karena selalu dikalahkan oleh lawan-lawannya di partai final.
3. “Kutukan Gelar Beruntun” di Liga Champion, maksudnya belum ada 1 tim tertentu yang berhasil menjuarai Liga Champion 2 kali berturut-turut sejak diberlakukannya nama turnamen “Liga Champion” yang merupakan piala paling bergengsi di turnamen antar klub Benua Eropa.
Ya, pada akhirnya adalah sah-sah saja jika seseorang menganggap itu sebagai kutukan, namun bagi saya secara pribadi itu terlalu berlebihan jika disebut sebagai kutukan (mengacu kembali kepada pengertian kutukan dalam arti sesungguhnya). Lantas kata-kata apa yang cocok untuk dijadikan sebagai pengganti kata “kutukan”? Hmmm ada pendapat/ide kawan-kawan?
Kalau pendapat saya itu cocok disebut “Pola Negatif”
Jadi sampai saat ini masih terjadi
“Pola Negatif Sang Manajer Timnas” Ayo semangat Bro. Josh dan Bro.Kerry, patahkan pola negatif tersebut. Temukan sebuah formula yang pas dalam meramu formasi dan taktik di tim bro masing-masing. Saya dan manajer lain tidak akan bisa sepenuhnya membantu karena bro dan tim bro sudah menyatu dalam emosi dan dalam feeling. Jadi bro berdualah yang paling mengenal tim bro masing-masing. Don’t Give Up! Salam sukacita dan komera!